Media Edu Partner— Gelombang kemarahan warga Kampung Gunung Agung, Kecamatan Terusan Nunyai, Lampung Tengah, meledak menjadi aksi anarkistis. Rumah Kepala Kampung (lurah) Sukardi dibakar massa pada Sabtu (17/5/2025), disusul penghancuran dan pembakaran sejumlah kendaraan pribadi miliknya.
Aksi ini tak muncul tiba-tiba. Ia bermula dari kemarahan warga atas dugaan penyelewengan bantuan sosial (bansos) beras oleh Sukardi, yang dilaporkan telah beberapa kali menjual beras bantuan pemerintah untuk kepentingan pribadi.
Tertangkap Jual 4 Ton Beras Bansos
Sukardi sebelumnya diketahui menjual sekitar 400 karung beras bansos atau sekitar 4 ton ke sebuah pondok pesantren di Kabupaten Tulangbawang Barat. Transaksi itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi pada malam hari, Senin (27/1/2025), dengan nilai jual mencapai Rp36 juta.
“Saya tahu kantor balai kampung tempat menyimpan beras, tapi saya curiga karena malam-malam jam 7, truk mengangkut karung-karung itu,” kata Deki, warga sekaligus saksi mata, kepada media. Deki dan temannya bahkan mengikuti truk tersebut hingga ke lokasi tujuan.
Isu ini kemudian berkembang liar di tengah masyarakat, terlebih setelah seorang warga bernama Surya (SRY), yang dikenal vokal mempertanyakan ke mana aliran bansos tersebut, tewas ditikam oleh AGS (41), yang merupakan kerabat dekat Sukardi.
Duel Maut yang Memicu Amukan Warga
Insiden berdarah terjadi di Pasar Bandar Agung, Sabtu (17/5/2025) pagi. Surya tengah menemani istrinya berbelanja ketika bertemu dengan AGS. Perseteruan lama yang belum selesai memicu pertengkaran dan berujung pada penikaman fatal. Surya tewas di tempat.
“Perkelahian berujung maut ini semakin menyulut emosi warga,” ujar Kapolres Lampung Tengah, AKBP Alsyahendra. Ia menambahkan bahwa pihaknya kini telah mengamankan AGS untuk penyelidikan lebih lanjut.
Menurut Usman, kakak ipar korban, Surya telah lama menjadi pengkritik aktif terhadap dugaan penyalahgunaan bansos oleh pihak kampung. “Adik saya memperjuangkan hak masyarakat, bukan kepentingan pribadi,” ujarnya.
Rumah Lurah Dibakar, Keluarga Diselamatkan
Tak lama setelah kabar kematian Surya menyebar, massa bergerak ke rumah Sukardi. Dalam waktu singkat, rumah beserta mobil dan sepeda motornya dibakar habis. Kepolisian bergerak cepat mengevakuasi anak dan istri Sukardi yang masih berada di dalam rumah saat insiden berlangsung.
“Saat rumah mulai terbakar, kami langsung selamatkan keluarga Sukardi agar tak jadi korban,” ujar Kapolsek Terusan Nunyai, Iptu Daniel Hamidi. Ia memastikan tidak ada korban jiwa dalam pembakaran tersebut.
Protes Warga Sudah Lama Bergulir
Ternyata, ketegangan warga terhadap Sukardi sudah memuncak sejak lama. Pada 24 Februari 2025, ratusan warga sempat menyegel kantor Balai Kampung Gunung Agung dan kantor kepala kampung sebagai bentuk protes. Mereka menuntut Sukardi dicopot dari jabatannya karena diduga telah menjual lebih dari 50 ton beras bansos dalam beberapa kali transaksi.
Taufik, salah satu warga yang ikut aksi tersebut, menyebut perilaku kepala kampung sebagai penghianatan terhadap rakyat kecil. “Bantuan dari pemerintah malah dijadikan ladang bisnis. Sudah empat kali dia jual beras bansos,” kata Taufik.
Pemerintah Terbentur Regulasi
Camat Terusan Nunyai, Luberto Fabioca, mengatakan bahwa pihak kecamatan tak bisa serta-merta mencopot kepala kampung. “Kami sudah jelaskan ke masyarakat bahwa pencopotan kepala kampung ada prosedurnya, dan harus mengikuti regulasi yang berlaku,” ujarnya.
Pihak Pemkab Lampung Tengah melalui asisten bupati dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung (DPMK) telah menemui massa dan menjelaskan tahapan pemberhentian kepala kampung yang harus dijalani.